Selain mengelola administrasi SDM, seorang HRD juga harus mampu mengatasi burnout karyawan ketika sedang berkerja.
Kondisi burnout ini tidak hanya mempengaruhi karyawan, tetapi juga akan berdampak negatif pada produktivitas tim dan kesehatan perusahaan secara keseluruhan.
Oleh karena itu, penting bagi seorang HRD untuk memahami cara mengatasi burnout karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Dalam menjalani tugas ini, terdapat beberapa contoh strategi yang bisa dilakukan HRD saat ingin mengatasi burnout tersebut.
Berikut adalah contoh peran seorang HRD dalam menangani burnout pada karyawan!
Table of Contents
Apa Itu Burnout Pekerjaan?
Burnout secara umumnya dapat berarti kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh stres berkepanjangan akibat tekanan yang berlebihan di tempat kerja.
Konsep burnout ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog J.D. Maslach pada tahun 1970-an dan telah berkembang menjadi area penting dalam studi psikologi kerja dan kesehatan mental.
Berdasarkan konsep psikologi, tanda-tanda munculnya burnout ditandai oleh tiga komponen utama yaitu:
- Kelelahan Emosional (Emotional Exhaustion), Kelelahan emosional adalah perasaan kehabisan energi dan tidak berdaya. Karyawan yang mengalami kelelahan emosional merasa terkuras secara emosional, dan kesulitan untuk mengatasi tuntutan emosional dari pekerjaan mereka.
- Depersonalisasi (Depersonalization), Depersonalisasi mengacu pada sikap negatif, sinis, atau apatis terhadap pekerjaan dan orang-orang di sekitar. Karyawan yang mengalami depersonalisasi sering kali merasa terpisah atau terasing dari rekan kerja dan klien. Karyawan juga cenderung mengembangkan sikap dingin atau tidak peduli terhadap pekerjaan mereka.
- Penurunan Prestasi (Reduced Personal Accomplishment), Penurunan prestasi adalah perasaan tidak efektif atau tidak mampu mencapai hasil yang memuaskan. Karyawan yang mengalami penurunan prestasi merasa tidak puas dengan pencapaian mereka dan kurang percaya diri dalam kemampuan mereka.
Hampir semua karyawan yang mengalami burnout akan merasakan ketidakpuasan atas hasil kerja yang mereka lakukan.
Sehingga akhirnya, tingkatan stres dan trauma dari diri mereka menjadi meningkat parah ketika proses kerja berlangsung.
Kondisi ini akan menjadi semakin memburuk apabila tidak diatasi secara cepat. Produktifitas perusahaan akan berkurang, dan akan menyebabkan kerugian yang semakin besar.
Strategi HRD Dalam Mengatasi Burnout Karyawan
Mengatasi burnout karyawan tentu memerlukan pendekatan yang lebih strategis dari HRD agar menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan mendukung.
HRD harus lebih mampu memahami beberapa tanda yang mungkin hadir pada karyawan yang sedang burnout untuk mengambil tindakan penyelesaiannya.
Dengan memantau tanda-tanda burnout, HRD dapat membantu karyawan mengatasi stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Berikut terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan HRD untuk mengatasi burnout pada karyawan!
1. Menerapkan Kebijakan Fleksibilitas Kerja
Strategi pertama yang mungkin bisa dipersiapkan sebelum karyawan berkerja adalah penentuan kebijakan dalam fleksibilitas kerja.
Lingkungan kerja yang terlalu kaku akan membuat banyak karyawan merasakan tekanan berlipat ganda jika dibandingkan dengan lingkungan kerja yang fleksibel.
Memberikan opsi seperti bekerja dari rumah, jam kerja fleksibel, dan cuti tambahan dapat memberikan karyawan kesempata untuk mengenali bebannya dan mengurangi tekanan.
Fleksibilitas dalam jadwal kerja dapat membantu karyawan mengelola keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
2. Mendorong Komunikasi Terbuka
Komunikasi yang terbuka dan jujur antara karyawan dan HRD juga bisa menjadi salah satu cara dalam mengatasi burnout karyawan.
Karyawan harus merasa nyaman untuk berbicara tentang masalah mereka tanpa takut mendapatkan dampak negatif.
Jarak antara HRD dan karyawan harus semakin dekat agar semua permasalahan yang ada di tempat kerja bisa diselesaikan dengan cepat.
Tidak hanya untuk karyawan, seorang HRD juga bisa mengikuti pelatihan komunikasi supaya bisa membantu karyawan lebih efektif dalam mengatasi masalah burnout ini.
3. Mengelola Beban Kerja dan Tuntutan
Salah satu penyebab utama burnout adalah beban kerja yang berlebihan. Tingkat depresi karyawan menjadi semakin tinggi setelah memperoleh beban kerja yang tidak masuk akal.
HRD harus memastikan bahwa beban kerja karyawan seimbang dan realistis. Tidak ada karyawan yang harus berkerja diluar tanggung jawab utama mereka.
Pembagian tugas yang adil dan penyediaan waktu istirahat yang cukup dapat membantu karyawan mengurangi stres.
Pengelolaan sistem kerja yang merata juga akan membuat karyawan merasa tenang dalam menjalani kegiatan sehari-hari.
4. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Mendukung
Kemunculan burnout pada karyawan sering kali disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak mendukung mereka dalam berkerja.
Maka dari itu, lingkungan kerja yang sehat dan mendukung semua proses kerja seorang karyawan sangat penting untuk mengurangi risiko burnout.
HRD harus membangun kebiasaan kolaborasi antar satu tim agar semua bentuk pekerjaan dapat berjalan dengan lancar tanpa tekanan.
Ini termasuk juga memastikan bahwa karyawan memiliki akses ke sumber daya yang mereka butuhkan, seperti dukungan dari rekan kerja dan fasilitas kesehatan mental.
5. Mengenali dan Mengakui Masalah Karyawan
Strategi selanjutnya dalam mengatasi burnout karyawan adalah mengenali aspek yang selalu menjadi permasalahan utama, dan mengakui bahwa itu bukan hanya kesalahan karyawan.
Penting bagi HRD untuk secara proaktif mencari tahu apakah karyawan mengalami gejala burnout dan berdiskusi dengan mereka untuk memahami penyebabnya.
HRD bisa memanfaatkan alat seperti kuesioner dan wawancara untuk membantu mengumpulkan data tentang tingkat stres, kepuasan, dan beban kerja karyawan.
Survei kepuasan kerja ini bisa menjadi evaluasi karyawan secara berkala untuk mengidentifikasi tanda-tanda burnout sebelum permasalahannya membesar.
6. Menghargai Upaya Baik Karyawan
Penghargaan dan pengakuan atas kerja keras karyawan dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja mereka.
Menghargai kontribusi mereka secara teratur dapat membuat mereka merasa dihargai dan mengurangi risiko burnout.
Perlu diketahui, bahwa semua karyawan pasti akan memberikan dampak positif dalam sebuah perusahaan.
Maka dari itu, menghargai semua karyawan harus menjadi prioritas yang penting dalam berkerja sehari-hari.
7. Menawarkan Dukungan Kesehatan Mental
Sering kali faktor pribadi seperti masalah kesehatan mental atau masalah emosional juga dapat berkontribusi pada burnout.
Oleh karena itu, HRD harus selalu sadar akan kesehatan mental karyawan agar produktifitas mereka tetap terjaga dengan baik.
Program-program kesejahteraan yang mencakup kesehatan fisik dan mental juga bisa menjadi solusi terbaik dalam mengatasi burnout karyawan.
Beberapa contoh program yang bisa dicoba seperti workshop manajemen stres, aktivitas sosial, dan lainnya bisa meningkatkan kesejahteraan karyawan dan mengurangi risiko burnout.
Penyebab Karyawan Mengalami Burnout
Alasan karyawan bisa mengalami burnout mungkin bisa berawal dari banyak hal yang mungkin menyangkut pada pekerjaan mereka.
Hampir semua pekerjaan pasti memberikan tekanan yang berbeda-beda saat menjalaninya sehari-hari.
Namun berdasarkan kondisi umumnya, terdapat beberapa penyebab utama yang menyebabkan karyawan mengalami burnout saar berkerja.
Berikut adalah beberapa penyembab tersebut!
1. Beban Kerja Karyawan yang Berlebihan
Beban kerja yang tidak realistis pasti akan menjadi penyebab paling sering ditemukan dalam kasus burnout karyawan.
Karyawan yang dibebani dengan jumlah tugas yang sangat tinggi atau berlebihan sering kali merasa tertekan dan kewalahan.
Tugas yang terlalu sulit atau di luar kemampuan karyawan pasti akan menyebabkan stres yang berkepanjangan.
Karyawan mungkin akan merasa tidak mampu untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, sehingga akhirnya dapat memperburuk perasaan burnout.
2. Tuntutan Kerja yang Tidak Realistis
Tuntutan yang tidak realistis atau harapan yang terlalu tinggi dari atasan juga dapat menambah tekanan pada karyawan.
Setiap karyawan pasti memiliki batasan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai tugas. Hasil yang diperoleh juga akan menyesuaikan batasan kemampuan tersebut.
Sering kali para atasan tidak memperdulikan batasan kemampuan tersebut, dan memaksa karyawan untuk memperoleh hasil diluar ekspektasi dalam waktu yang singkat.
Hal ini akan menjadi alasan utama hadirnya burnout pada karyawan. Dampak buruknya, kualitas kinerja karyawan akan menjadi semakin jelek seiring berjalannya waktu.
3. Keterbatasan Sumber Daya Perusahaan
Karyawan yang tidak memiliki akses ke sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka secara efisien juga dapat mengalami stres tambahan dan burnout.
Sudah menjadi tanggung jawab perusahaan untuk memfasilitasi karyawan dengan peralatan yang bisa membantu mereka berkerja.
Apabila karyawan kesulitan memperoleh kebutuhan kerja mereka seperti alat elektronik, teknologi, atau barang dasar lainnya, maka karyawan akan kebingungan saat berkerja.
Beban untuk menyediakan alat kerja tersebut akhirnya menjadikan karyawan mengalami tingkatan burnout yang berat.
4. Kurangnya Kontrol dan Otonomi
Karyawan yang merasa tidak memiliki kontrol atas pekerjaan mereka seperti cara, waktu, dan metode pengerjaan tugas, cenderung mengalami burnout.
Kurangnya otonomi dapat menyebabkan perasaan ketidakberdayaan dan frustrasi. Sehingga karyawan merasa kesepian dan menganggap kemampuan mereka tidak diakui dengan baik.
Kondisi ini juga akan semakin buruk jika karyawan tidak pernah di dengar dalam mengambil keputusan saat berkerja.
Ketika karyawan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan pekerjaan mereka, mereka mungkin merasa tidak berdaya dan tertekan.
5. Lingkungan Kerja yang Negatif
Penyebab burnout karyawan lainnya mungkin akan berasal dari lingkungan kerja yang tidak supportif/negatif.
Lingkungan kerja yang penuh konflik, ketidakadilan, dan perilaku negatif dapat menciptakan stres tambahan.
Karyawan yang bekerja dalam lingkungan toxic sering kali mengalami rasa cemas, ketidakpuasan, dan burnout.
Kurangnya dukungan dari rekan kerja dan atasan juga dapat memperburuk perasaan isolasi dan kesepian.
Apa yang Dirasakan Karyawan Ketika Burnout?
Setelah memahami pengertian dari burnout dan aspek-aspek penting dalam mengatasinya. Mungkin HRD juga harus memahami lebih dalam bagaimana perasaan burnout tersebut menghantui karyawan.
Setiap karyawan yang mulai mengalami burnout sering kali akan menunjukkan dampak buruknya melalui hasil kerja yang kurang maksimal.
Berikut adalah beberapa rasa emosi yang mungkin hadir ketika karyawan sedang mengalami burnout!
1. Kelelahan Fisik dan Mental
Burnout pada karyawan dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental secara berkelanjutan. Karyawan yang mengalaminya merasa kehabisan energi meskipun sudah beristirahat.
Karyawan juga kerap sulit berkonsentrasi karena otak terasa “kosong” atau diliputi oleh “kabut”. Aktivitas kerja yang sebelumnya dapat dinikmati, perlahan-lahan kehilangan daya tariknya.
2. Kehilangan Motivasi
Setelah mengalami burnout yang cukup berat, tugas-tugas yang dikerjakankaryawan terasa tidak lagi memiliki makna. Hal ini akan membuat motivasi mereka untuk bekerja menurun drastis.
Rasa cemas yang berlebihan ini akan lebih sering muncul ketika memikirkan pekerjaan, dan mereka merasa terbebani oleh tuntutan yang terus menerus.
3. Perasaan Keterasingan dan Sinisme
Seiring berjalannya waktu, burnout juga akan membuat karyawan mengalami perasaan keterasingan. Bahkan karyawan bisa merasa sinis atau negatif terhadap segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan.
Hubungan interpersonal di tempat kerja juga menjadi lebih rentan terhadap konflik, karena karyawan yang burnout cenderung lebih mudah tersinggung dan frustrasi.
4. Kurang Kepedulian terhadap Diri Sendiri
Burnout sering memengaruhi kesejahteraan emosional karyawan, menyebabkan mereka merasa lebih cemas, depresi, atau mengalami ledakan emosi yang tidak terkontrol.
Akibat dari kondisi ini, banyak dari karyawan akan mengabaikan kesehatan pribadi. Mereka tidak menjaga pola makan atau tidur dengan baik, dan mengesampingkan hobi atau kegiatan yang dulu mereka nikmati.