Mengatasi konflik karyawan adalah salah satu tugas utama seorang HRD di dalam perusahaan.
Kehadiran HRD dalam perusahaan merupakan solusi utama dalam membangun lingkungan kerja yang tertip dan aman.
Menjaga kondisi lingkungan agar tetap stabil, sudah menjadi tugas paling penting yang akan terus dilakukan HRD di setiap waktu.
Maka dari itu apabila terjadi konflik dalam hubungan karyawan, HRD adalah orang pertama yang akan mengatasi permasalahan tersebut.
HRD harus tau sumber utama konflik terjadi, dan harus bisa mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikan konflik yang ada.
Maka dari itu, sebuah strategi dibutuhkan HRD dalam menangani semua konflik karyawan di perusahaan.
Ingin tau apa saja strategi yang bisa dilakukan? Berikut programgaji.com akan memaparkan 10 strategi HRD dalam mengatasi konflik karyawan.
Simak dan pahami penjelasan berikut dengan baik!
Table of Contents
Strategi Mengatasi Konflik Karyawan
Sebuah konflik yang terjadi di setiap lingkungan kerja pasti berawal dari kebiasaan buruk kecil yang sering diabaikan.
Kebiasaan buruk ini akan terus membesar jika tidak ditangani dari awal, sehingga akhirnya konflik mulai terjadi di lingkungan karyawan.
Maka dari itu, para HRD harus memiliki strategi utama dalam menghindari konflik bahkan sebelum konflik tersebut hadir.
Secara umumnya, terdapat 10 strategi yang bisa diambil HRD untuk menghindari konflik. Berikut adalah 10 stratengi HRD dalam mengatasi konflik karyawan!
1. Melaksanakan Pelatihan Etika Karyawan
Strategi pertama yang bisa dilakukan HRD untuk mengatasi konflik di perusahaan adalah dengan mendidik etika kerja karyawan.
Pelatihan etika merupakan salah satu program yang sangat dibutuhkan untuk mengontrol sikap semua karyawan.
Dalam pelaksanaan program ini, HRD bisa mengatur materi pelatihan sesuai dengan permasalahan yang sudah terlihat.
Misalkan dalam perusahaan masih ada kebiasaan mendiskriminasi rekan kerja, maka pelatihan etika bisa dimulai dengan memperbaiki kebiasaan tersebut.
HRD juga harus melibatkan karyawan saat merancang program ini, agar target perbaikannya bisa menghasilkan perubahan yang baik.
HRD wajib menganalisa keluhan karyawan sehari-hari agar mengetahui kebiasaan buruk di lingkungan kerja.
Kemudian kebiasaan buruk tersebut bisa perbaiki dengan pelatihan etika yang tepat!
2. Menciptakan Budaya Komunikasi Terbuka
Perusahaan akan mengalami banyak permasalahan jika tidak membangun proses komunikasi terbuka.
Komunikasi yang tidak terbuka secara luas akan memberikan informasi yang kurang tepat dalam beberapa kondisi.
Budaya komunikasi terbuka adalah solusi dalam menguatkan hubungan personal antara satu karyawan dengan lainnya.
Maka dari itu, HRD harus bisa membentuk alur komunikasi yang terbuka tersebut di lingkungan sosial.
Strategi yang dilakukan bisa berupa kegiatan sharing session, ice breaking, atau bahkan kegiatan bertukar pikiran antar karyawan.
Bentuk komunikasi yang ada di lingkungan kerja, juga harus dicairkan oleh HRD dengan berbagai tindakan yang membuat karyawan nyaman dalam mengekspresikan diri.
Sehingga akhirnya, semua informasi tentang kesulitan karyawan bisa dipahami dengan baik. Bentuk konflik juga akan berkurang jika proses komunikasi berjalan lancar di lingkungan kerja.
3. Membuat Kebijakan yang Tegas
Suatu masalah yang tidak diperbaiki dengan aksi yang nyata sama saja dengan tidak berguna. Setiap permasalahan membutuhkan solusi yang tepat dan tegas.
Begitu pula dengan aturan etika di perusahaan. Setiap HRD wajib membangun kebijakan etika yang tegas untuk menghidari konflik pada karyawan.
Hal ini karena tingkat terbesar penyebab konflik di perusahaan berasal dari sikap karyawan yang tidak baik.
Perbaikan etika dan kebiasaan buruk bagi karyawan yang menyebabkan konflik adalah tujuan utam dari HRD.
HRD bisa memulai aturan dengan pemberian sanksi kepada oknum yang bersikap buruk sebagai tanda jera di lingkungan kerja.
Selain itu, HRD juga harus merancang kebijakan dalam tata krama berbicara, bersikap, dan berhubungan di perusahaan.
Membuat kebijakan yang tegas akan membawa arah lingkungan kerja menjadi lebih tertata, sehingga bentuk konflik pada karyawan bisa teratasi dengan baik.
4. Melakukan Intervensi Dini Antar Karyawan
Intervensi dalam kasus konflik karyawan merupakan proses terjun langsung untuk mengetahui kondisi nyata konflik yang terjadi.
Apabila sebuah konflik sedang terjadi di lingkungan kerja, tindakan pertama yang bisa dilakuakn HRD adalah intervensi dini.
Intervensi dini sendiri merupakan proses dimana HRD mencari tau penyebab utama konflik terjadi, serta siapa saja yang masuk dalam proses konflik tersebut.
Melakukan intervensi dini diperlukan HRD agar tau sumber masalah utama dari sebuah konflik.
HRD bisa mengambil keputusan yang tepat dengan proses intervensi dini. Sehingga tidak akan ada penuduhan yang salah dalam konflik tersebut.
5. Bersikap Netral dan Tenang Dengan Karyawan
Ketika konflik sedang terjadi, setiap HRD diwajibkan untuk selalu netral dari berbagai kubu yang ada.
HRD tidak boleh berpihak pada satu sisi tertentu agar tidak memperkeruh keadaan. Sikap HRD juga harus tenang untuk menghadapi emosial karyawan.
Sikap netral ini bisa membantu HRD untuk lebih tau kondisi di setiap kubu tertentu. Sehingga proses mengenali masalah utama bisa dipahami dengan cepat.
HRD juga tidak boleh tersulut emosi ketika menghadapi konflik tertentu, selalu ingat bahwa semua konflik terjadi karena adanya kejadian buruk yang dialami karyawan.
Kejadian buruk tersebut yang harus dicari dan diperbaiki agar semua konflik bisa terhindari dengan cepat.
6. Mendengar Dengan Seksama Permasalahan Karyawan
Selain bersikap netral, seorang HRD juga diharuskan untuk memahami dengan baik semua aspek permasalahan pada sebuah konflik.
Menjadi HRD artinya juga akan menjadi pihak yang selalu menerima cerita dari semua karyawan. HRD harus bisa membuat karyawan nyaman berkerja di sebuah perusahaan.
Hal tersebut harus diterapkan pada saat konflik sedang berlangsung. HRD wajib mendengarkan dan memahami permasalahan di kedua belah pihak dengan baik.
Sikap HRD yang mau mendengar keluhan akan memberikan rasa kepercayaan karyawan menjadi lebih tinggi.
Maka dari itu, proses mendengar keluhan harus dilakukan dengan seksama, agar perasaan dari setiap karyawan bisa dipahami dengan baik.
7. Mencari Solusi Permasalahan Dari Konflik
Pencarian solusi tentu akan menjadi strategi terakhir HRD dalam menghadapi konflik karyawan.
Setelah mengetahui alasan utama konflik terjadi, maka langkah terakhir yang harus dilakukan HRD adalah membuat solusi yang tidak menyudutkan pihak manapun.
Pembuatan solusi ini diambil dari penyaringan sumber masalah dari setiap konflik yang ada. HRD harus bertanya dengan baik saran dari kedua belah pihak agar solusi bisa tepat.
Proses mencari solusi bisa dilakukan dengan diskusi bersama, sehingga semua keresahan bisa terjawab dalam solusi yang ada.
HRD juga harus menyesuaikan solusi dengan aturan perusahaan yang berlaku, sehingga akhirnya semua pihak bisa selamat dari kejadian yang buruk.
8. Melaksanakan Kegiatan Mediasi Karyawan
Setelah konflik selesai, langkah pertama yang bisa HRD lakukan adalah melakukan mediasi antar dua pihak yang bersangkutan.
Proses mediasi ini adalah waktu dimana HRD mencoba untuk melepaskan semua keresahan yang tersisa antar dua belah pihak yang bermasalah.
Kegiatan mediasi hanya dilakukan bersama pihak utama dalam permasalahan tertentu.
Dalam pelaksanaannya, HRD akan memanggil semua pihak yang terkena konflik ke dalam satu ruangan untuk berunding seputar permasalahan yang terjadi.
Pada proses mediasi ini, HRD juga wajib membangun pola pikir yang positif pada kedua belah pihak, sehingga semua bisa saling memaafkan satu sama lain.
9. Mengharmoniskan Hubungan Tim Kerja
Terdapat satu strategi lainnya yang bisa dilakukan HRD setelah konflik karyawan terjadi di lingkungan kerja.
Strategi tersebut bisa disebut sebagai proses mengharmonisasikan kembali hubungan tim yang telah rusak.
Pada kegiatannya, HRD bisa membangun satu kegiatan seru yang mungkin bisa membuat dua pihak menjadi lebih akrab.
Kegiatan tersebut bisa berupa game atau bahkan liburan yang bisa dinikmati bersama-sama.
Kegiatan ini harus menghasilkan interaksi yang banyak antar dua pihak, sehingga sikap tolong menolong menjadi semakin kuat di lingkungan karyawan.
10. Evaluasi Program Etika dan Komunikasi Karyawan
Strategi terakhir yang akan dilakukan HRD secara mandiri adalah proses evaluasi program etika dan komunikasi.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, sebuah konflik akan mudah terjadi apabila aturan dalam beretika atau berkomunikasi tidak dilaksanakan dengan baik.
Setelah memperoleh kasus konflik di lingkungan karyawan, maka sudah saatnya HRD memperbarui aturan etika dan komunikasi yang berlaku di perusahaan.
HRD harus kembali menyeleksi aturan-aturan yang ada dengan memperbaruinya menjadi lebih tegas untuk kehidupan sehari-hari.
Hal ini harus dilakukan dengan tindakan serius, agar berbagai bentuk konflik dapat terhindari di masa depan nanti.